Kamis – Sabtu, 20 – 22 Oktober 2016, pukul – WITA Sinema Bentara kali ini secara khusus menghadirkan film-film terpilih dari Jerman yang terangkum dalam program German Cinema Festival 2016. Agenda ini merupakan kelanjutan dari kerjasama tahun sebelumnya antara Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut dengan Bentara Budaya Bali serta didukung oleh Sehati Production. Tahun ini merupakan edisi kelima penyelenggaraan German Cinema, digelar disejumlah kota di Indonesia antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, dan Makassar. Lebih dari 15 produksi film terpilih dengan ragam tematik yang menarik tahun 2015-2016 menggambarkan capaian film-film Jerman kontemporer yang mengesankan dan patut diapresiasi. Khusus pemutaran German Cinema Festival di Bali akan ditayangkan di XXI Mall Bali Galeria, menghadirkan sejumlah sinema terpilih antara lain Coconut Hero 2015, Florian Cossen, 101 menit, Agonie 2016, David Clay Diaz, 93 menit, Herbet 2015, Thomas Stuber, 109 menit, Junges Licht 2015, Adolf Winkelmann, 122 menit, Sibylle 2015, Michael Krummenacher, 87 menit, Victoria 2015, Sebastian Schipper, 136 menit, Freistatt 2015, Marc Brummund, 104 menit, Ein Atem 2015, Christian Zübert, 101 menit, dan Die Lügen der Sieger 2015, Christoph Hochhäusler, 112 menit. Film-film Jerman terpilih kali ini menghadirkan aneka perspektif dan tematik yang menarik. Mulai dari sosok wanita yang cerdas sekaligus rapuh, berikut hal-hal lucu dan paradoks dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sosok-sosok muda yang berhadapan dengan berbagai realitas dan aneka kerumitan sistem sosial, suatu perjuangan untuk penemuan diri di tengah kehidupan yang penuh ironi. Seluruh pemutaran film ini menggunakan tiket yang bersifat bebas bea gratis. Informasi lebih jauh perihal acara di Bali dapat menghubungi Dewi 081236307974. Jadwal Pemutaran Film Kamis, 20 Oktober 2016 Coconut Hero Agonie Herbert Jumat, 21 Oktober 2016 Junges Licht Sybille Victoria Sabtu, 22 Oktober 2016 Freistatt Ein Atem Die Lugen der Sieger Sinopsis Coconut Hero Film cerita // 101 menit // Jerman / Kanada, 2015 Kamis, 20 Oktober 2016 WITA Sutradara Florian Cossen // Pemeran Alex Ozerov, Bea Santos, Krista Bridges, Sebastian Schipper, Jim Anann, Reid, David Thompa, Jeff Klarke, Udo Kier. Mike Tyson nama ini hanya satu dari sekian hal yang menyusahkannya sudah lama berharap ia mati saja. Pemuda berusia 16 tahun itu ditinggal oleh ayahnya ketika masih kecil dan terus dirisak oleh teman-teman sekolahnya. Ia tinggal berdua ibunya di kota kecil di daerah antah berantah di bagian utara Kanada. Setelah gagal bunuh diri, Mike diharuskan ikut terapi kejiwaan. Pada pemeriksaan rutin di rumah sakit lalu ditemukan tumor mematikan di otaknya, dan Mike mengira harapannya akan terwujud. Tetapi ketika ia bertemu Miranda, orang pertama yang benar-benar bisa memahaminya, ia membangun harapan baru. Dengan tokoh-tokoh simpatik, alur cerita penuh kejutan, gambar-gambar indah daerah pedesaan Kanada, serta iringan musik yang asyik, film terbaru Florian von Cossen mengenai hidup dan mati menjadi tontonan wajib. Sebuah film Jerman yang menyerupai film indie dari Amerika! Florian Cossen lahir tahun 1979 di Tel Aviv dan tahun 2002 mulai kuliah penyutradaraan film di Akademi Film Baden-Württemberg di Ludwigsburg. Pada tahun 2005 dan 2006 ia memperoleh beasiswa sehingga dapat berkuliah di University of California di Los Angeles dan di Universidad del Cine di Buenos Aires. Di sana ia memperoleh inspirasi untuk film karya akhir sekaligus film cerita perdananya Das Lied in mir, yang memperoleh nominasi untuk Hadiah Perfilman Jerman. Agonie Film cerita // 93 menit // Jerman / Austria, 2016 Kamis, 20 Oktober 2016 WITA Sutradara David Clay Diaz // Pemeran Samuel Schneider, Alexander Srtschin, Alexandra Schmidt, Simon Hatzl, Mercedes Echerer, Alexander Jagsch, Martina Poel Dua pemuda, Christian 24 dan Alex 17, menjalani hidup masing-masing tanpa saling terkait. Pada akhir film, satu dari mereka telah menjadi pembunuh. Siapa pun yang pernah menemui peristiwa seperti itu, mungkin bahkan di sekitar lingkungannya sendiri, mau tidak mau akan berusaha mencari pemicu kejahatan tersebut dan menggali makna di balik drama yang terjadi, betapa pun menyimpang dan kejam. Tetapi bagaimana kalau apa yang biasa disebut dengan kehidupan ternyata menyimpan cerita, namun tidak mengikuti alur tertentu. Agonie dengan tangkas melawan dramaturgi yang lazim. David Clay Diaz menyelidiki kasus pembunuhan, tetapi ia memilih sekadar menampilkan apa yang terjadi alih-alih menjelaskannya. Penonton dibiarkan menarik kesimpulan sendiri. Sebuah penyajian yang sangat bernas! David Clay Diaz lahir tahun 1989 di Paraguay, melewati masa kecilnya di Lima, Peru dan kemudian mengikuti ibunya ke Wina, tempat ia kuliah filsafat. Sejak 2010 ia kuliah penyutradaraan film di Sekolah Tinggi Televisi dan Film München. Agonie dibuat sebagai tugas kuliah tahun ketiga. Herbert Film cerita // 109 menit // Jerman, 2015 Kamis, 20 Oktober 2016 WITA Sutradara Thomas Stuber // Pemeran Peter Kurth, Lina Wendel, Lena Lauzemis, Edin Hasanovic, Peter Schneider, Manfred Möck Herbert berbadan kekar. Meskipun ia sudah mulai berumur, otot dan kepalan tangan tetap menjadi modal utamanya. Dulu ia “Kebanggaan Leipzig”. Sekarang ia menyambung hidup sebagai penagih utang dan penjaga pintu yang andal, dan pada malam hari ia menyiapkan petinju muda Eddy menghadapi petarungan perebutan gelarnya yang pertama. Namun tidak lama kemudian Herbert terpaksa mengakui bahwa hidupnya berantakan. Ia terakhir bertemu putrinya yang kini telah dewasa ketika anak itu berusia enam tahun. Ia menjaga jarak dengan pacarnya yang bernama Marlene. Hidupnya semakin kacau ketika ia didiagnosis mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Herbert sadar bahwa telah tiba saatnya untuk pertarungan terakhir, bahwa ia harus memperbaiki berbagai kesalahannya. Sebelum terlambat. Dengan Herbert, yang merupakan debutnya sebagai sutradara, Thomas Stuber berhasil menampilkan potret lugas seorang petinju yang mulai menua. Sebuah drama yang apa adanya, keras, tanpa ampun, dan diperankan dengan baik. Thomas Stuber, kelahiran 1981, kuliah penyutradaan film di Akademi Film Baden-Württemberg pada tahun 2004 sampai 2011. Sebelumnya ia telah mengumpulkan pengalaman di industri film dengan bekerja sebagai pegawai magang. Film mahasiswanya Teenage Angst 2008 diputar perdana di Berlinale, dinominasikan untuk banyak penghargaan, dan berhasil meraih beberapa di antaranya. Junges Licht Film cerita // 122 menit // Jerman, 2015 Jumat, 21 Oktober 2016 WITA Sutradara Adolf Winkelmann // Pemeran Oscar Brose, Charly Hübner, Lina Beckmann, Peter Lohmeyer, Ludger Pistor Julian Collien, 12 tahun, tinggal di desa pertambangan yang dicirikan oleh kekangan, kemiskinan dan kebrutalan. Julien tidak melihat manfaat sekolah. Ia ingin menjadi penambang – seperti ayahnya. Ibunya yang mengidap penyakit batu empedu mengalami gangguan mental dan pergi tetirah di pantai bersama adik perempuan Julian, sehingga ayah dan putra tinggal berdua selama liburan musim panas. Julian merasa bertanggung jawab di rumah Ia menyiapkan roti untuk ayahnya dan menjemputnya di tambang. Julian jarang menghabiskan waktu luang bersama kaum remaja sedesa, yang kerap bercanda dengan kasar. Ia mendapat pinjaman kamera dari Gorny, pemilik rumah mereka, dan diminta memotret teman-temannya ketika sedang mandi. Tetapi Julian lebih suka mengamati Marusha, putri tiri Gorny yang berumur 15 tahun, namun terlalu cepat dewasa, yang membuat bukan saja Julian mabuk kepayang, melainkan juga ayahnya. Penghormatan Adolf Winkelmann terhadap Ruhrgebiet zaman dahulu ini membangkitkan kawasan pertambangan tersebut dalam gambar-gambar puitis. Sebuah adaptasi novel berjudul sama karya Ralf Rothmann. Adolf Winkelmann adalah sutradara, produser, dan profesor untuk film di Sekolah Tinggi Kejuruan untuk Seni dan Desain di Dortmund. Ia bekerja di industri film sejak tahun 1967, dan pada tahun 1978 ia berhasil mencatat sukses besar dengan film bioskop perdananya Die Abfahrer. Di sini pun ia telah menyajikan potret kawasan Ruhrgebiet, sebuah tema yang selalu ia angkat kembali. Winkelmann meraih berbagai penghargaan untuk film-filmnya. Sybille Film cerita // 87 menit // Jerman, 2015 Jumat, 21 Oktober 2016 WITA Sutradara Michael Krummenacher // Pemeran Anne Ratte Polle, Thomas Loibl, Dennis Kamitz, Levi Lang, Heiko Pinkowski, Andreas Lust, Thomas Fränzel, Elisabeth Rath, Thomas Bestvater, Franziska Rieck Setelah melewati masa sangat sibuk di biro arsitek miliknya, Sibylle sulit mendapatkan ketenangan saat berlibur bersama Jan, suaminya, dan David dan Luca, kedua putra mereka. Sementara keluarganya masih tidur, Sibylle berjalan-jalan menyusuri tebing di tepi sungai. Perempuan seusia yang setiap hari berpapasan dengannya nyaris luput dari perhatiannya – sampai suatu pagi ia menyaksikan perempuan itu bunuh diri. Sekembalinya ke München, Sibylle sia-sia berusaha melupakan kejadian tersebut. Selalu saja ada kejadian aneh yang seolah-olah menyiratkan kaitan antara nasib perempuan itu dan dirinya. Sibylle semakin menjauhi keluarganya dan dihantui penampakan yang bagaikan mimpi buruk. Karena diduga lelah mental, Sibylle diminta berhenti bekerja untuk sementara. Dalam keadaan terisolasi, ia berupaya meraih kembali kendali atas hidupnya serta keakraban dengan keluarganya. Tetapi ternyata upaya itu tidak mendapat sambutan hangat. Dengan film thriller Sibylle, Michael Krummenacher berhasil menembus ranah film genre, sesuatu yang masih langka dalam perfilman Jerman. Sebuah film yang menegangkan sekaligus menggelisahkan. Michael Krummenacher, kelahiran 1985 di Swiss, mulai kuliah penyutradaraan Sekolah Tinggi untuk Televisi dan Film München pada tahun 2006. Tahun 2009 ia bersama seorang mitra mendirikan perusahaan produksi Passanten Filmproduktion. Ia memproduksi dan menyutradarai film cerita perdananya Hinter diesen Bergen pada tahun 2010. Krummenacher telah meraih berbagai penghargaan untuk karya-karyanya. Victoria Film cerita // 136 menit // Jerman, 2015 Jumat, 21 Oktober 2016 WITA Sutradara Sebastian Schipper // Pemeran Laia Costa, Frederick Lau, Franz Rogowski, Burak Yigit, Max Mauff, André M. Hennicke, Anna Lena Klenke Satu jam lagi, dan malam ini pun akan berlalu di Berlin. Victoria, perempuan muda asal Madrid, berkenalan dengan empat pemuda Berlin – Sonne, Boxer, Blinker dan Fuß – di depan sebuah klub. Ia dan Sonne langsung tertarik satu sama lain, tetapi waktunya tidak tepat. Sonne dan teman-temannya masih ada urusan lain. Untuk menebus utang, mereka sepakat melakukan hal yang melanggar hukum. Ketika salah seorang dari mereka mendadak berhalangan, Victoria diminta menjadi sopir. Apa yang diawali sebagai petualangan seru, kemudian menjadi tarian euforia – sebelum menjelma sebagai mimpi buruk. Menjelang fajar Victoria dan Sonne pun mempertaruhkan segala sesuatu. Ini bukan ide biasa Membuat satu film utuh dalam satu kali pengambilan gambar, tanpa trik teknis, tanpa pengaman maupun tipuan, dan dengan risiko penuh. Itulah yang dilakukan Sebastian Schipper dan timnya dengan sangat berhasil. Salah satu film Jerman paling menggairahkan dalam beberapa tahun terakhir! Sebastian Schipper, kelahiran 1968, kuliah seni peran di Otto Falckenberg Schule di München dari tahun 1992 sampai 1995. Setelah lulus ia sering tampil sebagai pemeran pendukung di berbagai film sukses seperti Kleine Haie 1996, The English Patient 1996 dan Run Lola Run 1998. Film Absolute Giganten 1999 merupakan film cerita perdananya sebagai sutradara dan penulis, dan sejak itu ia berhasil baik sebagai aktor maupun sebagai sutradara. Freistatt Film cerita // 104 menit // Jerman, 2015 Sabtu, 22 Oktober 2016 WITA Sutradara Marc Brummund // Pemeran Louis Hofmann, Alexander Held, Stephan Grossmann, Katharina Lorenz, Max Riemelt, Uwe Bohm Musim panas 1968. Angin perubahan hanya terasa sepoi-sepoi di kota-kota kecil di bagian utara Jerman. Wolfgang yang berusia 14 tahun menghadapi kesehariannya, ibunya, dan terutama ayah tirinya dengan sikap membangkang. Ketika ia dimasukkan ke panti asuhan Freistatt milik gereja di daerah terpencil, ia mendapatkan dirinya di sebuah dunia yang membuat keinginannya untuk bebas semakin menggebu Pintu-pintu terkunci, jendela-jendela berterali, kerja bakti bergaya militer di lingkungan sekitar panti. Tetapi satu hal sudah jelas bagi Wolfgang Hasratnya akan kebebasan takkan pernah padam. Sebuah film yang memikat dan menyentuh berdasarkan kisah nyata. Marc Brummund menyajikan cerita Wolfgang dan teman-teman senasibnya dengan gambar-gambar yang sangat ekspresif. Sebuah film sensasional! Marc Brummund, kelahiran 1979, kuliah psikologi dan publisistik di Universitas Hamburg dan kemudian kuliah film dokumenter di Sekolah ZELIG untuk Film dan Televisi di Bozen, Italia. Pada tahun 2014 ia mengikuti master class penyutradaraan film di Hamburg Media School. Ia meraih berbagai penghargaan nasional dan internasional, termasuk nominasi untuk Hadiah Film Pendek Jerman dan Oscar Mahasiswa. Ein Atem Film cerita // 101 menit // Jerman, 2015 Sabtu, 22 Oktober 2016 WITA Sutradara Christian Zübert // Pemeran Jördis Triebel, Chara Mata Giannatou, BenjamenitSadler, Apostolis Totsikas, Nike Maria Vassil, Pinilopi Sergounioti, Mary Nanou, Akilas Karazisis. Dua perempuan, satu perjalanan menuju diri sendiri. Seorang ibu penyayang yang bermasalah tengah mencari anaknya. Seorang perempuan hamil berupaya lari dari tanggung jawab. Tessa, 37, seolah memiliki kehidupan sempurna. Ia tinggal di apartemen mewah di Frankfurt bersama suaminya Jan dan putri mereka Lotte, yang berusia 18 bulan. Elena, 27, berasal dari Yunani. Krisis yang melanda negerinya dihadapinya dengan tegar dan percaya diri Ia mengadu nasib di Jerman dan mendapat pekerjaan sebagai pengasuh Lotte. Mula-mula semua terasa mudah, tetapi situasi menjadi rumit ketika Elena menyadari ia hamil. Tiba-tiba tanggung jawabnya bukan lagi sekadar atas dirinya sendiri. Anak atau karier, pertanyaan ini dihadapi oleh dua perempuan di bawah kondisi yang sangat berbeda dalam film Ein Atem garapan Christian Zübert. Film ini memberi ruang bagi sudut pandang kedua perempuan itu dan sangat berkesan terutama karena penampilan memukau kedua pemeran utama. Christian Zübert, kelahiran 1973, mengawali kariernya pada tahun 2001 sebagai penulis skenario untuk seri detektif Der Clown. Film bioskop pertamanya adalah komediLammbock 2001, di mana ia menjadi penulis skenario sekaligus sutradara. Sejak itu ia mencatat sukses sebagai penulis skenario dan sutradara melalui film sepertiNeue Vahr Süd 2010 dan Dreiviertelmond 2011 dan meraih berbagai penghargaan Die Lügen der Sieger Film cerita // 112 menit // Jerman / Prancis, 2015 Sabtu, 22 Oktober 2016 WITA Sutradara Christoph Hochhäusler // Pemeran Florian David Fitz, Lilith Stangenberg, Horst Kotterba, Ursina Lardi, Avred Birnbaum, Gottfried Breitfuß Fabian Groys wartawan terkemuka di redaksi ibukota sebuah majalah berita politik. Bersama Nadja, pegawai magang yang ditugaskan membantunya, ia menginvestigasi perlakuan angkatan bersenjata Jerman terhadap kaum veteran. Ketika penyelidikannya kandas karena informannya berubah pikiran, Groys beralih ke skandal limbah beracun. Kemudian muncul petunjuk bahwa kedua kasus itu saling terkait, dan semuanya bergulir semakin kencang. Namun ada yang membuat Groys curiga Bisakah ia mempercayai informasi yang diterimanya? Die Lügen der Sieger karya Christoph Hochhäusler bercerita secara padat dan meyakinkan mengenai penyalahgunaan kekuasaan dan jurnalisme investigatif. Christoph Hochhäusler, kelahiran 1972, adalah sutradara dan penulis skenario. Ia kuliah penyutradaraan film di Sekolah Tinggi untuk Televisi dan Film München. Bersama dengan teman-teman kuliah ia mendirikan majalah film Revolver, dan hingga kini ia masih terlibat sebagai ko-penerbit dan penulis. Film perdananya Milchwald2013 mendapat perhatian internasional dan juga diputar di bioskop-bioskop di Prancis. Film cerita berdurasi panjang ketiganya Unter dir die Stadt 2010 diputar perdana di Festival Film Cannes.
FilmJerman menurut: abad · dekade · tahun PetScan Cari perpaduan antara kategori Film, Jerman, 2016, dan kategori lain yang Anda inginkan. Dengan menggunakan PetScan, Anda dapat mencari daftar artikel yang menggunakan perpaduan antara kategori-kategori topik, negara, tahun, dll. misalnya "Film drama Indonesia tahun 2010", Anda tinggal
- German Cinema yang diselenggarakan Goethe-Institut Indonesien kembali ke Indonesia tahun ini untuk edisi kedelapan, kali ini sepenuhnya berlangsung secara daring. Festival film tahunan Jerman ini akan menayangkan delapan film Jerman sebagai Video-On-Demand dari 17 hingga 26 Desember 2021. Dimulai pada 2012, German Cinema biasanya berlangsung di bioskop komersial di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Makassar. Namun pada 2021, German Cinema akan diadakan secara eksklusif di platform Goethe-On-Demand dengan harapan dapat menjangkau lebih banyak penonton di Tanah Air. Semua film memiliki takarir subtitle bahasa Inggris atau Indonesia dan tersedia untuk ditonton secara gratis melalui tautan Tema tahun ini bermain-main dengan asal-usul kata "daring" dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Popularitas istilah "daring" di Indonesia melesat dan dipercepat oleh pandemi. Dalam bahasa Indonesia "daring" adalah penggabungan dari dua kata, "dalam" dan "jaringan", yang berarti "online". Sementara itu, "daring" dalam bahasaInggris berarti sesuatu yang berani dalam tindakan atau pemikiran. Delapan film yang ditayangkan dalam German Cinema 2021 terdiri dari tiga film dokumenter dan lima film cerita. Film dokumenter tersebut adalah Paris kein Tag ohne dich 2020 yang disutradarai oleh Ulrike Schaz, Unter Schnee 2011 karya sutradara Ulrike Ottinger, dan Becoming Black 2019 karya Ines Johnson-Spain. “Kami bangga dapat menghadirkan ketiga sutradara perempuan Jerman ini, masingmasing dengan prestasi yang sama mencengangkan dalam cabang senilainnya, termasuk fotografi dan seni pertunjukan. Ketiga film dokumenter ini membahas beberapa topik paling mendesak masa kini sejarah pribadi yang tertanam menjadi bagian masyarakat, perubahan iklim, dan sejarah sebagai proses yang tidak hanya melibatkan politisi yang berkantor di istana, namun juga kita sebagai individu dengan perasaan dan aspirasi kita sendiri,” kata Dr. Ingo Schöningh, Kepala Bagian Program Budaya Goethe-Institut Indonesien. "German Cinema 2021 hadir untuk meyakinkan penonton tentang keragaman isinya melalui seleksi lima film cerita," tambahnya. Untuk penonton muda di Indonesia, German Cinema memutar film Amelie rennt2017 dan Der Junge muss an die frische Luft 2018 dengan takarir bahasa Indonesia. Keduanya adalah cerita yang mengharukan tentang makna keluarga dan pentingnya membangun kepercayaan dengan anggota masyarakat lainnya sejak usia dini, di mana dan dalam kondisi apa pun kita hidup. Grüße aus Fukushima 2016 karya Doris Dörrie adalah film yang pengambilan gambarnya sepenuhnya dilakukan di Jepang dalam warna hitam dan putih yang menakjubkan. Film ini menggambarkan pertemuan dua wanita, Mary dari Jerman dan Satomi, Geisha terakhir Fukushima. Tampaknya tidak ada apa pun di dunia ini yang dapat menyatukan mereka. Tetapi keduanya menderita—masing-masing dengan caranya sendiri—karena hal-hal di masa lalu yang belum terselesaikan. Sementara itu, Atlas 2019 menggabungkan isu gentrifikasi dan inisiatif warga sipil dengan hubungan ayah-anak. Film ini adalah satu pengingat tentang salah satu hak kita yang sangat berharga yaitu hak untuk membangun dan memelihara rumah kita di kota. Terakhir, Die Goldfische 2019 membawa penonton mengikuti perjalanan menegangkan dari Jerman ke Swiss bersama geng Goldfische! Hati-hati, mereka memiliki sesuatu di dalam van, yang dengan lihai mereka sembunyikan dan samarkan sebagai bagian dari disabilitas tubuh mereka. Satu petualangan istimewa yang layak dicoba, film yang sangat menyenangkan untuk menyambut liburan! Berikut ini kedelapan film dalam German Cinema 2021 17-21 Desember 2021 • Paris kein Tag ohne dich 2020 karya Ulrike Schaz • Amelie rennt 2017 karya Tobias Wiemann dengan takarir bahasa Indonesia • Atlas 2019 karya David Nawrath • Unter Schnee 2011 karya Ulrike Ottinger 22-26 Desember 2021 • Die Goldfische 2019 karya Alireza Golafshan • Becoming Black 2019 karya Ines Johnson-Spain • Der Junge muss an die frische Luft 2018 karya Caroline Link dengan takarir bahasa Indonesia • Grüße aus Fukushima 2016 karya Doris Dörrie
Kegiatanyang digagas Gothe Institut bekerja sama dengan Kine Timur ini berlangsung sejak Jumat (14/10/2016) hingga Minggu (16/10/2016). Jumat, 19 November 2021 Cari
Festival Film Internasional Berlin bahasa Jerman Internationale Filmfestspiele Berlin; bahasa Inggris Berlin International Film Festival, dikenal juga dengan sebutan Berlinale, adalah festival film tahunan berskala Internasional yang diadakan di Berlin, Jerman.[1] Didirikan di Berlin Barat pada tahun 1951,[2] festival ini rutin diadakan pada bulan Februari sejak tahun 1978 dan menjadi salah satu "Tiga Besar" festival film bersama Festival Film Venesia di Italia serta Festival Film Cannes di Prancis. Berlin International Film FestivalLokasiBerlin, JermanDidirikan1951PenghargaanBeruang Emas, Beruang PerakSutradaraMariette RissenbeekJumlah film441 945 pemutaran pada tahun 2014[ Situs web resmi] Sejak tahun 2019, Mariette Rissenbeek bertindak sebagai direktur festival dengan Carlo Chatrian sebagai pengarah artistik.[3] Festival ini merupakan festival film Internasional tahunan yang memiki jumlah penonton publik terbesar dengan sekitar tiket terjual serta tiket masuk setiap tahunnya. Lebih dari 400 film dengan beragam genre diputar di beberapa program. Sekitar dua puluh film bersaing untuk penghargaan tertinggi festival, yang disebut dengan Beruang Emas dan sejumlah Beruang Perak.[4] European Film Market EFM, sebuah pameran perdagangan film yang diadakan serentak di Berlinale, adalah pertemuan industri besar untuk sirkuit film internasional.[5] Pameran dagang terdiri atas distributor, pembeli film, produser, pemodal, dan agen produksi bersama. Berlinale Talents, sebuah serangkaian kuliah dan lokakarya selama seminggu, adalah pertemuan para pembuat film muda yang diadakan dalam kemitraan dengan festival.[6] Festival film, EFM, dan acara-acara lainnya dihadiri oleh sekitar profesional dari lebih 130 negara setiap tahun.[7] Lebih dari jurnalis dari lebih 110 negara membuat liputan media terkait festival film ini. Beberapa film layar lebar terkenal yang melakukan pemutaran perdana selama festival berlangsung bintang film dan selebritas akan hadir dan difoto di karpet merah.
FILMdokumenter Netflix tentang Jennifer Lopez, yang berjudul Halftime akan melakukan debut di malam pembukaan Festival Film Tribeca 2022, 8 Juni mendatang. Mengutip People, Selasa (19/4), festival film itu akan dimulai dengan pemutaran perdana film tersebut di United Palace di Washington Heights, Manhattan.
GERMAN CINEMA FILM FESTIVAL 2016 – YOGYAKARTA Goethe-Institut Indonesia mengajak anda untuk lebih dekat dengan Jerman melalui rangkaian film Jerman yang disajikan dalam gelaran German Cinema Film Festival. Untuk kelima kalinya perhelatan German Cinema Film Festival akan menayangkan film-film Jerman berkualitas di beberapa kota di Indonesia. Di tahun 2016 ini German Cinema akan hadir di 6 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Denpasar, Surabaya dan Makassar. Di Yogyakarta, German Cinema Film Festival akan bertempat di Bioskop Empire XXI yang berada di Sumoharjo. Pada tanggal 14-16 Oktober 2016 masyarakat Yogyakarta akan disuguhkan 9 film Jerman yang mempunyai cerita bervariasi. Mulai dari kisah masa lalu, film drama, filosofis, hingga film yang menampilkan gaya hidup anak muda di Jerman. Penonton akan dibawa kedalam situasi-situasi yang mengejutkan, dramatis, lucu dan inspiratif melalui 9 rangkaian film unggulan tersebut. Acara German Cinema Film Festival di Yogyakarta dapat ditonton secara gratis hanya dengan datang di konter khusus GCFF dan menunjukkan bukti bahwa anda telah mengikuti Facebook Fan Page Goethe-Institut Program Jogja. Tiket counter khusus German Cinema Film Festival akan dibuka di venue 1 jam sebelum setiap film dimulai. Jadwal German Cinema Film Festival untuk Yogyakarta adalah sebagai berikut Jumat, 14 Oktober 2016 – Coconut Hero – Grüße aus Fukushima – Victoria Sabtu, 15 Oktober 2016 – 24 Wochen – Hedi Schneider Steckt Fest – Der Staat Gegen Fritz Bauer – Herbert Minggu, 16 Oktober 2016 – Lenalove – Agonie Full sinopsis silahkan kunjungi Catatan Khusus untuk film 24 Wochen dan Agonie hanya dapat disaksikan oleh jangkauan usia 21 tahun keatas. Kami sarankan untuk menonton sesuai dengan jangkauan usia. Terima Kasih atas pengertiannya, kami tunggu kehadiran anda pada German Cinema Film Festival di Empire XXI Yogyakarta. WIR FREUEN UNS AUF SIE ! Kontak German Cinema Film Festival Yogyakarta Fan Page Goethe-Institut Program Jogja
BcQm. fo433gw6vn.pages.dev/350fo433gw6vn.pages.dev/185fo433gw6vn.pages.dev/112fo433gw6vn.pages.dev/94fo433gw6vn.pages.dev/154fo433gw6vn.pages.dev/335fo433gw6vn.pages.dev/223fo433gw6vn.pages.dev/111fo433gw6vn.pages.dev/144
festival film jerman 2016